KETIKA BELL’S PALSY MENGHAMPIRI

Wajah hanya bisa tersenyum Separuh saat menderita bell’s Palsy

Tersenyumlah ketika kamu bisa tersenyum…

Kalimat itu sepertinya hanya basa-basi bagi kita yang sehat dan tidak mengalami kendala apapun untuk tersenyum. Bahkan orang yang sedang bersedih pun bisa tersenyum lho! Saya baru saja mengalami pengalaman baru sehingga membuat sulit tersenyum. Wajah lumpuh sebelah alias Sindrom Bell’s Palsy.

Seperti apa rasanya? Saya akan mulai dengan curhat tentang artinya kesempurnaan yang diberikan Allah untuk saya dan selama ini tidak saya sadari.

Suatu pagi, saya bangun dari tidur dan langsung sibuk menyiapkan anak-anak untuk sekolah dan mengerjakan pekerjaan dapur. Saya merasa mata kanan saya agak aneh saat berkedip, seperti mengganjal. Ah, saya pikir ini hanya mata yang mau bintitan atau kena bisul kayaknya. Saya pun asik mengerjakan berbagai hal di rumah sampai tiba saatnya ingin berangkat ke luar rumah. Harus mandi dong. Nah, dari kamar mandi inilah kesadaran saya baru terasa pada saat saya mengalami kesulitan saat kumur setelah menyikat gigi. Waduh, saya yang udah belajar kumur dan sikat gigi dari kecil kok gagal terus dan air di mulut selalu tumpah. Shock dulu dan akhirnya saya langsung browsing ada apa dengan wajah saya. Bell’s Palsy! Itulah saat pertama kali saya berkenalan dengan nama ini. Panik? Sempet iya.

Setelah panik tapi harus cepat mengambil langkah, akhirnya saya memilih untuk pergi ke dokter ahli akupuntur. Sebelumnya pernah akupuntur di seorang dokter, tapi buka prakteknya sore hingga tengah malam (saking antrinya). Ternyata ada dokter lain yang praktek di klinik siang hari. Yah dicoba deh. Percobaan pertama, jarum-jarum yang menembus kulit wajah saya berhasil bikin saya meneteskan air mata. Sakit juga ya hihihi…

Sempat beberapa kali akupuntur ke dokter ini dan juga konsultasi dengan dokter syaraf untuk second opinion, akhirnya saya malah memilih ke akupuntur tradisional cina. Kenapa? Soalnya jadwal berobatnya lebih enak, ada jam pagi sampai siang sehingga saya bisa berobat di sela-sela waktu anak sekolah. Dia bukan dokter, tapi semacam sinshe tradisional, yang membuka klinik akupuntur yang ditangani oleh Ibu Iing dan anaknya. Ibu separuh baya ini nancep-nancepin jarum akupuntur jauh lebih banyak dari di dokter sebelumnya. Alamak… Tidak hanya ditusuk, ternyata wajah saya pun diberi aliran listrik alias disetrum melalui kabel yang disambungkan ke jarum-jarum di wajah saya. Serem ya ngebayanginnya?

Salah satu cara pemulihan Bell’s Palsy yaitu tusuk jarum

Saya disuruh tiap hari datang selama 10 kali. Duh, terus terang kadang mental saya down juga. Jadi saya suka bolos selang sehari atau dua hari, mengobati perasaan yang ngeri-ngeri sedap. Tapi akhirnya semangat saya muncul sewaktu banyak orang yang tidak melihat kalau saya sedang lumpuh sebelah wajah. Padahal baru menjalani pengobatan sekitar 1 minggu aja. Alhamdulillah…kemajuannya sangat cepat dan menambah motivasi untuk sembuh. Dari beberapa pengalaman orang, hitungannya berbulan-bulan baru pulih. Malah ada yang sudah 6 bulan tapi kelumpuhan wajahnya masih terlihat.

Oh iya, saat saya konsultasi dengan dokter syaraf, beliau mengatakan hingga saat ini tidak ada penelitian yang menjelaskan penyebab dari terjadinya bell’s palsy. Dia bisa terjadi kapan saja dan kepada siapa saja, tidak melihat anak muda atau lanjut usia. Obatnya hanya terapi dan tambahan vitamin atau obat lain yang diperuntukkan bagi meningkatkan kondisi tubuh saja. Yang diingatkan hanya, “Jangan biarkan perut kosong dan harus selalu sarapan pagi.”

Di tempat akupuntur cina pun selalu diingatkan kalau akan memulai terapi, apakah sudah makan atau belum. Menurut mereka, bell’s palsy ini disebabkan gangguan pada saraf ke 7 di leher belakang sebelah kanan atau sebelah kiri. Oh iya, lumpuh sebelah wajah ini bisa terjadi di wajah bagian kanan atau wajah bagian kiri, tapi tidak pernah terjadi bersamaan antara kanan dan kiri sekaligus. Beda kasus ini dengan stroke, kalau terkena bell’s palsy, hanya bagian separuh wajah saja yang terkena. Anggota tubuh lain tetap sehat. Bahkan sering saya menyetir mobil sendiri ke tempat berobat.

Dengan pengalaman ini, saya ingin menuliskan pengalaman saya berobat. Lain orang pasti lain cara, kecocokan juga akan berbeda-beda. Saya hanya bersyukur bisa tersenyum lagi, bisa berkedip lagi, bisa berkumur lagi, dan merasakan hal-hal yang sempat hilang dari diri saya. Terima kasih Ya Allah…

Dua ekspresi dalam satu wajah (bagian yang normal bisa tersenyum, bagian yang lumpuh tanpa ekspresi)