Jangan Lewatkan Praha

“Kalian kalau ke Eropa daratan harus mampir ke Praha ya!”

“Emangnya ada apa di Praha? Bagus gitu?’

“Saya belum pernah ke Praha jadi gak tau bagusnya seperti apa. Kata orang bagus banget! Makanya nyesel…”

Oh jadi temen saya wanti-wanti supaya saya berkunjung ke Praha karena dia menyesal tidak mempir ke sana saat ngetrip ke Eropa. Kenapa sih dia nyesel? Ya udah deh, daripada nyesel juga saya coba nekad mengunjungi Praha tanpa rencana yang ribet. Tujuan ke Praha cuma sekedar membuktikan kata-kata seorang teman yang menyesal belum pernah mampir.

Sebelum menjelajahi kota yang bernama Praha, saya habis menengok sebuah kota cantik juga yang bernama Wina atau Vienna di Negara Austria. Dari Vienna, saya dan suami mengendarai bus antar negara yang menuju Republik Ceko untuk tujuan kota Praha. Sepanjang perjalanan menuju Praha, pemandangan indah yang terbentang bagaikan di negeri dongeng. Bangunan kuno, rumput, dan langit yang cerah.

Tiba di kota Praha, bis masuk ke sebuah terminal. Begitu sampai, kami sadar bahwa ternyata mata uang Euro sudah tidak berlaku lagi. Pas haus mau beli minum di terminal bis pun uangnya harus ditukar dulu menjadi Chezch Crown (CZK). Nilai tukar ke rupiah kira-kira Rp.10.000 itu hampir setara dengan 18 CZK.

inilah mata uang Republik Czech alias Ceko yaitu Crown

Yang unik lagi kami menemukan seakan keluar dari sebuah mesin waktu ke beberapa puluh atau ratus tahun lalu saat melihat situasi di seputar kota tua Praha. Mulai dari kendaraan hingga hotelnya masih mempertahankan ciri jaman dahulu kala.

Pemandangan ke luar dari hotel tempat kami menginap di pusat kota Prague alias Praha

 

Delapanpuluh Enam Hari Di Benua Baru

“Kalian kalau ke Eropa daratan harus mampir ke Praha ya!”

“Emangnya ada apa di Praha? Bagus gitu?’

“Saya belum pernah ke Praha jadi gak tau bagusnya seperti apa. Kata orang bagus banget! Makanya nyesel…”

Oh jadi temen saya wanti-wanti supaya saya berkunjung ke Praha karena dia menyesal tidak mempir ke sana saat ngetrip ke Eropa. Kenapa sih dia nyesel? Ya udah deh, daripada nyesel juga saya coba nekad mengunjungi Praha tanpa rencana yang ribet.

Saat itu di bulan April 2015, saya berkesempatan selama 3 bulan berada di sekitar Eropa. Dua bulan buat sekolah dan trip di London dan seputar UK, sebulan lagi buat menjelajah keliling Eropa daratan mumpung sudah dekat. Suatu kali kami bertemu dengan sepasang suami istri untuk berbagi taksi saat baru tiba dari Bandara Roma menuju hotel di tengah kota. Mendengar cerita kami yang berkeliling hampir selama hampir 3 bulan ini membuat pasangan suami istri setengah baya tersebut tertawa. Kata mereka, kesempatan seperti ini harus dinikmati karena belum tentu akan terjadi 2 kali dalam hidup kita. Hmmm bener juga ya. Kalau dipikir secara waras, gila juga ya kami nekad menghabiskan waktu nitip anak ke orang tua untuk pindah dari 1 tempat ke tempat lain di benua yang asing. Wah, pikiran yang mengabaikan kewarasan seperti itu kayaknya susah diulang lagi wkwkwk…

Bertualang berdua selama hampir 100 hari terasa sangat singkat buat saya. Kalau lagi mikirin berpisah sama anak sih kerasa lama banget. Sebagai emak, saya akan lebih tenang kalau berada dekat anak. Tapi untuk petualangan seperti ini, untungnya anak tidak dibawa. Mereka bisa sakit kelelahan kali ya.

Selain menjelajahi London dan kota-kota di Inggris di sela-sela waktu kuliah dan mengerjakan tugas-tugas, kami menjelajahi juga beberapa negara Eropa lainnya setelah masa kuliah usai. Negara yang sempat kami singgahi antara lain Belgia atau Belgium, Belanda atau Netherland, Jerman atau Germany, Austria, Cekoslovakia, dan Italy. Saat terbang dari Indonesia, saya dan suami transit di Kuala Lumpur Malaysia dan Kuwait beberapa jam karena menggunakan Kuwait Air. Saat pulang kembali ke Indonesia, saya transit di Abu Dhabi karena menggunakan maskapai Etihad.