Menjelang pukul 3 pagi, pasukan orang dari desa berkeliling. Berisiknya jangan ditanya. Bedug dipukul ditimpali suara alat musik lainnya. Ada yang pakai gitar, kendang, dan sebagainya. Irama bedugnya juga tidak hanya bunyi dug dug biasa, tapi bisa dijadikan semacam irama untuk berjoged.
Unik banget cara membangunkan sahur warga daerah Kuningan ini. Kerasnya suara semacam menyaingi pasukan marching band yang sedang parade di jalanan. Kalau ngga terbangun, aneh juga ya hehe… Waktu saya kecil, TK atau SD, pas sering libur Ramadhan ke Cirebon, ya seperti inilah budaya membangunkan orang sahur.
Jadi inget perda-perdaan yang lagi heboh di jagat Indonesia ini. Tiap daerah memang punya aturan dan keunikan sendiri. Kalau di daerah rumah saya di Bandung ada yang ribut dini hari macam gini, paling udah diringkus sama tim keamanan hehe… Di Kuningan atau Cirebon, keriuhan macam ini memang harus dinikmati, ngga boleh ngambek walau berisik banget.
Untuk kamu yang baru pertama kalinya datang ke Bangkok, jangan lupa mampir ke Chatuchak Market. Karena pasar ini hanya buka saat weekend, kita harus atur waktu supaya kedatangan kita ke Bangkok bisa pas saat weekend.
Pasar ini bukan berupa gedung bertingkat, melainkan pasar dengan kumpulan kios-kios biasa yang tidak ber-AC. Walaupun tampak seperti pasar biasa, jumlah kios di pasar ini aduhai banyaknya. Ribuan kios deh pokoknya. Ada yang berjualan baju (kayaknya dominan), berjualan tas, topi, tanaman, makanan, dan barang pernak-pernik yang lucu-lucu. Tempat ini cocok banget deh untuk siapapun yang lagi nyari inspirasi untuk bisnis (ngintip ide-ide yang dituangkan pedagang di sini hehe…).
Untuk menuju ke pasar ini bisa ditempuh dengan berbagai cara. Pakai taksi pastinya bisa, tapi kalau jarak tempuhnya jauh bakal lumayan mahal. Yang paling mudah adalah menggunakan BTS (Bangkok Mass Train System) dan pada akhirnya turun di Mo Chit. Setelah sampai di Mo Chit, kamu tinggal jalan kaki aja dah langsung sampai ke area pasar yang sangat luas ini.
Berhubung udara Bangkok cukup panas (di atas 30 derajat Celcius), pakai baju yang nyaman untuk menyerap keringat. Walau gak adem, kamu akan lupa sama udara gerah karena matamu akan tertumbuk sama barang-barang yang ditawarkan ribuan kios di sana. Sekali menemukan barang yang kayaknya cocok, saran saya mending langsung dibeli aja. Soalnya saking banyaknya kios, kamu bakal lupa tadi ngeliat sesuatu yang kamu pengen itu di kios mana ya… ?
Harga di sana ada yang bisa ditawar dan ada yang pas, tapi kalau beli banyak pasti boleh minta diskon. Tips supaya gak dikasih harga kemahalan, cari aja barang sejenis yang sudah dipajang harganya di kios lainnya. Nanti kamu bisa bandingin harga dan bahan dari barang yang dimaksud dan punya kisaran untuk menawar.
Makanan-makanan yang dijual di Bangkok juga unik. Ada coconut ice cream berupa es krim yang menggunakan batok kelapa sebagai wadahnya dan dibubuhi topping yang bisa dipilih. Ada juga makanan semacam tumisan cumi atau gurita (ups…itu saudaraku!), telor ceplok puyuh, limun buah-buahan, dan lain-lain. Menarik-menarik deh penyajiannya.
Kalau kios yang menjual baju sih jangan ditanya lagi. Banyaaak banget. Mulai dari baju bordir, kaos, baju santai, baju anak, dan lain-lain. Penjual tas juga sangat banyak. Ada yang terbuat dari kain hingga ada penjual tas dari kertas semen. Kereeen…
Oke deh, mending simak foto-fotonya aja. Mampir ke sini gak rugi kok! Oh iya, kalau mau nyari makanan halal yang mudah rutenya, cari atau tanya lokasi jam besar di sana atau bisa lihat di peta. Nanti di seputar jam besar itu ada yang berjualan makanan khas Thailand. Enak lho… Selamat bertualang!
Begitulah pertanyaan-pertanyaan yang sempat terlontar saat saya selalu terusik pikiran untuk mengajak anak-anak umroh. Anak-anak kami usianya 12, 8, dan 6 tahun, masih SMP dan SD. Kenapa pikiran selalu terusik ya? Mungkin hanya Allah yang tahu karena secara duniawi lebih seru ngajak anak ke Disney Land daripada berpayah-payah ke Tanah Suci. Tapi mungkin ini bukan hasil logika biasa, itung-itungan materi jadi nomor dua. Rencana ingin ganti mobil biarlah ditunda, rasanya ada yang lebih urgent dari itu. Mungkin ini jalan dari Allah. Kalau soal materi, saya percaya rejeki akan langsung dikirim dari Allah asalkan untuk ke Tanah Suci. Jadi seperti kita tidak mengeluarkan biaya apa-apa (pikiran positif saya selalu). ?
Pemikiran lainnya, tidak ada yang tau umur orang. Kalau saya menunda mengajak anak ke Mekkah, apakah di masa yang akan datang saya masih diberi umur, suami masih diberi umur, atau si anak sendiri masih diberi umur? Nah, kayaknya lebih cepat lebih baik, pikir saya waktu itu. Lagipula dengan keedanan jaman sekarang, saya lebih percaya menitipkan pada Allah saja supaya menjaga ahklak agar selalu soleh dan solehah.
Mendaftar untuk umroh sejak beberapa bulan lalu untuk memastikan seat pesawat di jadwal keberangkatan yang tidak mengganggu jadwal kerja, kuliah saya dan suami, serta jadwal sekolah anak-anak. Alhamdulillah kami berangkat berlima, orang tua dengan 3 anak kecil. Eh, ditambah staf saya di kantor 1 orang jadi berenam. Alhamdulillah… Cerita tentang staf saya bernama Dewi yang ikut umroh juga punya cerita unik sendiri (kapan-kapan diceritain kalau sempat).
Menjelang keberangkatan, ada hal yang tidak terduga, si bungsu panas tinggi berhari-hari. Dengan obat dokter dan obat tradisional panasnya tetap tidak turun. Di situlah ujian kesabaran dimulai. Saya pasrah dan larut dalam doa-doa di shalat istikharah pada malam menjelang keberangkatan. Jawaban hati atas shalat itu, saya harus yakin dan mantap membawa anak saya memenuhi panggilan-Nya ke Tanah Suci. Biarlah Allah yang Maha Pengatur yang menyelesaikan keraguan hati.
Saat perjalanan di pesawat pun badan anak saya masih panas tinggi dan sangat rewel. Perjalanan panjang 9-10 jam di pesawat yang seharusnya untuk istirahat, saya baktikan untuk menenangkan anak dan mengatasi demamnya. Ujian kesabaran yang masih harus dilalui, pikir saya sambil memikirkan Allah pasti akan menolong.
Akhirnya sampailah kami di Jeddah Arab Saudi, bandara utama tempat mendaratnya pesawat haji dan umroh. Sehabis dari Jeddah, kami tidak langsung melaksanakan umroh ke Mekkah, tapi menggunakan bus menuju kota Madinah yang berjarak 6-7 jam dari Jeddah. Mekkah sendiri mungkin hanya sekitar 1 jam dari Jeddah, tapi jemaah Indonesia yang melakukan umroh langsung setelah mendarat biasanya melakukan niat dan miqot saat di pesawat udara saat terbang di atas kota Yalamlam. Rombongan kami rencananya melakukan miqot dan niat dari Bir Ali yang berada di sekitar Madinah.
Tiba di Madinah sekitar pukul 2 dini hari waktu setempat. Kami istirahat di kamar hotel sebentar setelah perjalanan yang begitu panjang. Saya pegang tubuh anak saya tidak demam sama sekali. Dia pun bisa tidur nyenyak. Pukul 4.30 dini hari, sebelum azan subuh, saya dan suami bersiap ke mesjid Nabawi untuk menunggu waktu azan subuh. Anak-anak yang sangat nyenyak tadinya ingin kami biarkan tidur dahulu. Tiba-tiba mereka terbangun karena merasakan persiapan orang tuanya dan ingin ikut ke mesjid. Masya Allah, alhamdulillah… Si bungsu yang beberapa jam sebelumnya masih rewel dan panas paling terlihat semangat dan kelihatan sangat segar.
Alhamdulillah, selama di Madinah yang cuacanya agak dingin, anak-anak tetap sehat. Cuma namanya anak-anak, badan mereka memang belum sekuat orang dewasa. Beberapa kali mereka kami tinggalkan di kamar hotel saat orang tuanya shalat ke mesjid. Yang pasti, walau di hotel mereka harus tetap shalat.
Ujian kesabaran juga harus kami lalui saat menuju ibadah umrah yang sebenarnya. Tanggal 3 Maret 2016 sekitar pukul 15.00, kami melakukan niat umroh di miqot Bir Ali di kota Madinah. Setelah miqot, kami menaiki bus menuju Kota Haram Mekkah Al Mukarromah dalam keadaan ihram selama sekitar 6-7 jam perjalanan. Di perjalanan sebagian orang melantunkan talbiyah dan sebagian lagi tidur. Anak-anak pun tidur nyenyak sepanjang perjalanan. Saya tidak mau mengusik mereka karena setelah perjalanan ini kami akan melakukan rangkaian ibadah umrah pada malam hingga dini hari yang pasti akan menguras tenaga.
Sesampainya di Mekkah, kami makan sejenak di hotel dan keluarga kecil saya memisahkan diri dari rombongan untuk memulai ibadah umrah lebih awal. Pertimbangannya, supaya anak-anak tidak terlalu lelah begadang dan lebih cepat selesai lebih baik. Lagipula dengan membawa anak tampaknya kami akan berjalan lebih lambat dibanding orang lain.
Di sinilah ujian kesabaran yang berikutnya. Karena membawa anak, supaya mereka tidak terlalu lelah, kami sengaja membawa kursi dorong. Untuk yang menggunakan kursi dorong, jalurnya terpisah saat thawaf dan sa’i. Saat tanpa membawa anak, kami umroh dan sa’i di jalur manusia yang berjalan kaki. Kalau anaknya masih balita dan cuma 1 anak sih mending digendong aja kayaknya.
Resiko berada di jalur kursi roda berbeda karena di jalur manusia biasa hanya akan berdempetan atau bertubrukan dengan badan manusia. Di jalur kursi roda, kami baru merasakan yang namanya tertubruk kursi roda berkali-kali dari belakang oleh kursi roda orang lain hingga kaki luka atau berdarah.
Hiks…ujian kesabaran yang sangat sakit tapi semoga menjadi penggugur dosa. Benar-benar pengalaman batin yang baru. Suamiku sampai terpincang-pincang mendorong kursi roda anak kami setelah ditabrak hingga jatuh dan berdarah di kakinya. Saya yang disampingnya hanya bisa menguatkan sambil menangis dan ikut mendoakan kebaikan dan ampunan dosa bagi suami dalam rasa sakitnya.
Sebenarnya di sekitar sana banyak petugas tim pendorong kursi roda yang bisa dimintakan jasanya. Mereka biasanya bergerombol misalnya di sekitar jalur sa’i. Tarifnya adalah 100 riyal untuk mendorong di tempat thawaf dan 100 riyal juga di tempat sa’i.
Saat thawaf, anak-anak masih kelihatan semangat dan kuat walau kami berkeliling 7 kali putaran menghabiskan waktu sekitar 1,5 jam. Karena kami hanya membawa 1 kursi roda, anak-anak duduk bergiliran. Jadi semua kebagian jatah jalan dan jatah duduk didorong. Alhamdulillah semua gembira.
Pada saat sa’i, kelihatannya si bungsu mulai kelelahan dan ngantuk sehingga agak rewel. Putaran ke 4 sa’i antara bukit Marwah ke Safa, kami akhirnya memutuskan menyewa kursi roda karena anak-anak mulai kelihatan lelah dan ingin cepat beres. Biayanya nego dan akhirnya disepakati 75 riyal. Yang penting anak-anak bisa menuntaskan umrohnya dan mereka bisa menyerap banyak pelajaran berharga dari ibadah ini.
Kebetulan kami umroh di malam Jumat. Masjidil Haram pada malam Jumat ramainya benar-benar seperti mall yang lagi menyelenggarakan obral besar-besaran. Penuh banget! Dan hari Jumat memang hari liburnya kantor di Arab. Jadilah warga sini memanfaatkan malam liburnya dengan umroh sekeluarga. Bukan pemandangan aneh anak-anak banyak dibawa pada malam itu dan jalur thawaf serta sa’i sangat penuh oleh keluarga muda Arab. Alhamdulillah…kami tidak sendirian ?
Hingga waktunya selesai sa’i antara bukit Safa dan Marwah, kami pun melakukan tahallul sebagai tuntasnya ibadah umrah yang kami jalan hari itu. Total sekitar 3 jam kami melakukan rangkaian umrah di Masjidil Haram, jadi jam 3 dini hari kami sudah keluar dari Masjid. Setelah itu, sambil pulang ke hotel kami sempatkan mampir ke tempat cukur dan digundullah dua cowok kesayangan saya (suami dan si bungsu). Tukang cukur, toko makanan, toko souvenir, dan toko-toko lain di kota Mekkah memang ngga ada matinya. Buka selama 24 jam non-stop!
Alhamdulillah, semoga ibadah umrah kami bersama anak-anak diterima Allah dan semoga tulisan ini membawa manfaat bagi yang punya niat untuk umroh atau haji.
Sungai Chao Phraya adalah sungai utama sepanjang 372 kM di Thailand dan menyebar ke seluruh daratan negara itu. Sungai ini juga membelah ibukota negara Thailand, yaitu kota Bangkok. Keberadaan sungai ini seakan tidak bisa dipisahkan dari kehidupan kota Bangkok. Belum ke Bangkok namanya kalau belum menyusuri atau menikmati suasana di sekitar sungai yang sangat lebar dan panjang ini.
Sungai ini berfungsi seperti halnya jalan raya, yaitu menjadi sarana transportasi dari satu tempat ke tempat lain. Ada yang melewati sungai ini menggunakan perahu dayung kecil, ada pula yang menggunakan perahu angkutan umum, perahu carteran, boat, dan bahkan kapal pesiar yang cukup besar.
Salah satu tepian tempat berlabuhnya perahu-perahu tadi adalah dermaga di Asiatique. Asiatique ini adalah sebuah kawasan tempat nongkrong anak muda di Bangkok. Cocok dong dengan kami yang masih muda (hik hik hik). Di kawasan ini terdapat tempat makan dan toko-toko yang berjumlah lebih dari 1.000 gerai. Ada kincir raksasa juga lho yang bernama Mekong.
Bangkok adalah kota yang hawanya cukup panas, jadi saat menjelang senja saat matahari teduh, pinggiran sungai di kawasan Asiatique ini bener-bener terasa asik. Lampu-lampu mulai dinyalakan, angin semilir sambil memandang riak air dan kapal-kapal yang berjalan anggun di sungai selebar ini, menjadi sajian yang pas dinikmati sambil ngabuburit (kalau umpamanya lagi bulan puasa hehehe…).
Pengen nyoba jalan ke sini? Gampang kok, bisa dijangkau naik angkutan umum. Kami pun ke sana menggunakan angkutan umum. Sambung-menyambung sih, tapi tetap oke. Banyak alternatifnya mau ambil jalur darat atau sungai, tapi hanya yang pernah saya coba nih saya ceritakan.
Caranya, buka peta dan cari stasiun BTS (Bangkok Mass Train Sistem) Saphan Taksin yang bisa diakses dari stasiun BTS lainnya walau sambung-menyambung. Setelah turun di BTS Saphan Taksin, kita tinggal naik bis yang nomornya 1. Nanti minta turun di Asiatique. Walau di sana kurang lancar bahasa Inggris, kemana-mana bawa peta atau pakai tulisan nama tempat aja, biasanya mudah untuk bertanya. Pakai bahasa tarzan, tentu saja hehe…
Buat pendatang yang baru mengenal kota Garut, tidak perlu merasa bingung jika ingin mencari hiburan untuk anak-anak. Alun-alun di Mesjid Agung Garut saat ini menjadi tempat bermain anak yang cukup menarik. Selain anak-anak bisa berlari ke sana kemari atau bermain bola, banyak warga setempat yang menyewakan alat permainan dan olahraga berupa sepeda yang beragam bentuknya, becak kecil, motor kecil, hingga delman yang ditarik oleh domba Garut. Pernah dengar domba garut kan? Domba ini adalah hewan khas Garut yang terkenal kekar dan tangguh saat diadu. Bentuk tanduknya itu lho, lucu dan gagah.
Alat permainan itu bisa disewa dengan harga mulai dari Rp. 5.000 saja. Misalnya, naik delman domba hanya 5.000 rupiah untuk 1 putaran mengitari alun-alun. Kalau sepeda yang bentuknya lucu-lucu itu harganya ada yang mulai dari 5.000 rupiah untuk 2 putaran. Sambil mengisi waktu buka puasa, seru banget sambil main dan olahraga. Menjelang sore pun tukang dagang di seputar alun-alun ini banyak yang menjual makanan untuk tajil atau pembuka. Kalau penasaran, ayo datang ke kota Garut!
Kalimat itu sepertinya hanya basa-basi bagi kita yang sehat dan tidak mengalami kendala apapun untuk tersenyum. Bahkan orang yang sedang bersedih pun bisa tersenyum lho! Saya baru saja mengalami pengalaman baru sehingga membuat sulit tersenyum. Wajah lumpuh sebelah alias Sindrom Bell’s Palsy.
Seperti apa rasanya? Saya akan mulai dengan curhat tentang artinya kesempurnaan yang diberikan Allah untuk saya dan selama ini tidak saya sadari.
Suatu pagi, saya bangun dari tidur dan langsung sibuk menyiapkan anak-anak untuk sekolah dan mengerjakan pekerjaan dapur. Saya merasa mata kanan saya agak aneh saat berkedip, seperti mengganjal. Ah, saya pikir ini hanya mata yang mau bintitan atau kena bisul kayaknya. Saya pun asik mengerjakan berbagai hal di rumah sampai tiba saatnya ingin berangkat ke luar rumah. Harus mandi dong. Nah, dari kamar mandi inilah kesadaran saya baru terasa pada saat saya mengalami kesulitan saat kumur setelah menyikat gigi. Waduh, saya yang udah belajar kumur dan sikat gigi dari kecil kok gagal terus dan air di mulut selalu tumpah. Shock dulu dan akhirnya saya langsung browsing ada apa dengan wajah saya. Bell’s Palsy! Itulah saat pertama kali saya berkenalan dengan nama ini. Panik? Sempet iya.
Setelah panik tapi harus cepat mengambil langkah, akhirnya saya memilih untuk pergi ke dokter ahli akupuntur. Sebelumnya pernah akupuntur di seorang dokter, tapi buka prakteknya sore hingga tengah malam (saking antrinya). Ternyata ada dokter lain yang praktek di klinik siang hari. Yah dicoba deh. Percobaan pertama, jarum-jarum yang menembus kulit wajah saya berhasil bikin saya meneteskan air mata. Sakit juga ya hihihi…
Sempat beberapa kali akupuntur ke dokter ini dan juga konsultasi dengan dokter syaraf untuk second opinion, akhirnya saya malah memilih ke akupuntur tradisional cina. Kenapa? Soalnya jadwal berobatnya lebih enak, ada jam pagi sampai siang sehingga saya bisa berobat di sela-sela waktu anak sekolah. Dia bukan dokter, tapi semacam sinshe tradisional, yang membuka klinik akupuntur yang ditangani oleh Ibu Iing dan anaknya. Ibu separuh baya ini nancep-nancepin jarum akupuntur jauh lebih banyak dari di dokter sebelumnya. Alamak… Tidak hanya ditusuk, ternyata wajah saya pun diberi aliran listrik alias disetrum melalui kabel yang disambungkan ke jarum-jarum di wajah saya. Serem ya ngebayanginnya?
Saya disuruh tiap hari datang selama 10 kali. Duh, terus terang kadang mental saya down juga. Jadi saya suka bolos selang sehari atau dua hari, mengobati perasaan yang ngeri-ngeri sedap. Tapi akhirnya semangat saya muncul sewaktu banyak orang yang tidak melihat kalau saya sedang lumpuh sebelah wajah. Padahal baru menjalani pengobatan sekitar 1 minggu aja. Alhamdulillah…kemajuannya sangat cepat dan menambah motivasi untuk sembuh. Dari beberapa pengalaman orang, hitungannya berbulan-bulan baru pulih. Malah ada yang sudah 6 bulan tapi kelumpuhan wajahnya masih terlihat.
Oh iya, saat saya konsultasi dengan dokter syaraf, beliau mengatakan hingga saat ini tidak ada penelitian yang menjelaskan penyebab dari terjadinya bell’s palsy. Dia bisa terjadi kapan saja dan kepada siapa saja, tidak melihat anak muda atau lanjut usia. Obatnya hanya terapi dan tambahan vitamin atau obat lain yang diperuntukkan bagi meningkatkan kondisi tubuh saja. Yang diingatkan hanya, “Jangan biarkan perut kosong dan harus selalu sarapan pagi.”
Di tempat akupuntur cina pun selalu diingatkan kalau akan memulai terapi, apakah sudah makan atau belum. Menurut mereka, bell’s palsy ini disebabkan gangguan pada saraf ke 7 di leher belakang sebelah kanan atau sebelah kiri. Oh iya, lumpuh sebelah wajah ini bisa terjadi di wajah bagian kanan atau wajah bagian kiri, tapi tidak pernah terjadi bersamaan antara kanan dan kiri sekaligus. Beda kasus ini dengan stroke, kalau terkena bell’s palsy, hanya bagian separuh wajah saja yang terkena. Anggota tubuh lain tetap sehat. Bahkan sering saya menyetir mobil sendiri ke tempat berobat.
Dengan pengalaman ini, saya ingin menuliskan pengalaman saya berobat. Lain orang pasti lain cara, kecocokan juga akan berbeda-beda. Saya hanya bersyukur bisa tersenyum lagi, bisa berkedip lagi, bisa berkumur lagi, dan merasakan hal-hal yang sempat hilang dari diri saya. Terima kasih Ya Allah…
Garut adalah nama sebuah kabupaten dan kota di provinsi Jawa Barat-Indonesia. Yang paling diingat orang sejak jaman dulu dari Garut adalah dodol dan domba. Antara dodol dan domba ngga ada hubungan sebab akibat sih kayaknya… Dodol bukan makanan domba dan domba bukan pula bahan baku dodol hehe…
Ada sebuah merk dodol yang paling legendaris di Garut, yaitu Dodol Picnic. Merk ini sering jadi meme yang menyebutkan, “Dodol aja Picnic, masa kamu enggak?”. Hihihi pernah tau kan guyonan itu?
Nah, kalau cerita di atas adalah guyonan, Gurita mau cerita yang seriusan. Kalau kebetulan lagi berkunjung ke Garut, kita bisa mampir ke Pabrik Dodol Picnic yang berlokasi di Jl. Pasundan Garut lho… Walau tidak bisa masuk ke dalam ruangan produksi, kita bisa mengintip kegiatan para pekerja di pabrik ini.
Pembuatan dodol di pabrik ini sebagian sudah memakai mesin, jadi cairan bahan dodol tidak diaduk oleh tangan saja tapi juga ada mesin pengaduk besarnya. Kalau urusan pembungkusan dan pengepakan, masih mengandalkan keahlian tangan manusia untuk kemasan yang klasik. Untuk kemasan modern, pastinya sudah menggunakan bantuan mesin.
Ada hal yang unik saat para pekerja bekerja di pabrik ini. Mungkin untuk memberi semangat, ternyata saat jam kerja, di ruangan produksi dodol distel musik yang sangat keras. Ada lagu dangdut dan lagu lainnya. Wah, ide yang keren juga ya untuk menambah semangat karyawan.
Selain area produksi, di dalam kompleks pabrik ini juga terdapat sebuah toko yang merupakan gerai oleh-oleh dodol bermerk Picnic ini. Varian produk dodolnya juga beraneka ragam. Dari rasa klasik yang sudah sejak dulu ada, saat ini ada varian rasa buah-buahan, rasa kopi, susu, dan masih banyak lagi.
Untuk menambah wawasan, kalau berkunjung ke Garut, mampir aja ke pabrik ini. Lokasinya mudah dijangkau lho…
Datang ke sebuah tempat yang baru selalu mendebarkan buat saya. Maklum…datengnya gak pake jasa biro perjalanan atau guide. Modal nekad dan sering dadakan hehehe…
Ini kedatangan pertama saya di Bangkok, 2 Juni 2016. Menggunakan pesawat Air Asia dari Bandara Soekarno-Hatta selama sekitar 3 jam terbang, saya dan suami tiba di Bangkok sekitar pukul 9 malam. Begitu dapat sinyal wifi, kami baru browsing bagaimana cari cara keluar bandara yang termudah dan termurah. Kesimpulan dari suami, kami pilih taksi aja.
Langsung deh kami datang ke gerai taksi yang paling mencolok begitu keluar dari imigrasi. Saat kami menyebut nama daerah Nana tempat kami menginap, dia menyebutkan angka 750 Bath. Euh…berapa itu ya? Wow lumayan juga setelah kami cek kursnya. Biasa lah, kalau baru dateng ke suatu tempat yang mata uangnya beda, otak harus rada lama berhitung dulu. Setelah itu, ada seseorang mendekati kami lagi dan menawarkan taksi dengan harga 600 Bath. Supir taksi gelap ini bolak-balik menawarkan walau kami tolak hingga turun jadi 400 Bath. Tetep aja kami tolak karena infonya untuk bayar taksi ke daerah yang kami maksud itu cukup 150-200 Bath.
Setelah terus aja berjalan dari imigrasi, turun tangga ke arah kiri sampai ujung, dapet deh gerai taksi resmi yang dikelola bandara. Dari jauh terlihat supir taksi berdiri seperti antri sementara mobil-mobilnya parkir dengan rapi di luar. Tanpa biaya apapun, kami hanya diberi secarik kertas dan langsung deh berjalan mengikuti supir taksinya. Ternyata bayarnya pun “by meter” kata petugas di bandara itu. Ooow…pake argo ya. Wah asik dong.
Pas udah jalan, supir taksi menawarkan pilihan lewat tol dengan menambah 50 Bath katanya. Oke deh, kami setuju (setelah komat-kamit ngitung tambahan sekitar 20-25 rb rupiah itu). Pas nyampe di daerah Nana, ternyata argonya hanya sekitar 180 Bath saja ditambah tol 50 Bath. Lumayan juga gak kebujuk sama taksi gelap tadi.
Tinggal saatnya berputar-putar di Bangkok nih. Kita sambung ceritanya ya…
Saat Ramadhan, sudah hal yang lumrah banyak pihak mengundang anak-anak panti asuhan berbuka di rumahnya, di restoran, dan bahkan di hotel. Tapi ada rasa penasaran di hati saya, ingin sekali mengajak anak-anak saya bergabung dengan anak-anak panti dan berkegiatan bersama seperti keseharian mereka.
Seperti apa rasanya ya?
Alhamdulillah niat itu kesampaian hari ini. Malah sebenernya, saya ingin mengajak anak-anak saya menginap di sana. Sayangnya si bungsu belum bersedia. Katanya takut mimpi buruk atau sedih membayangkan anak yang tidak punya orang tua. Alasan yang lucu dan polos tapi saya gak mau memaksa ?
Menu buka puasa kali ini sayur kacang merah, ikan asin, dan tumis cabe tahu ditambah gorengan. Alhamdulillah…nikmat banget. Yang masak ibu pengurus dibantu anak-anak panti.
Panti ini menampung puluhan anak. Ada yang sudah SMA, SMP, SD, dan bahkan yang terkecil masih balita. Faiz, anak terkecil berumur 4 tahun ini punya kisah memilukan tentang almarhumah ibunya dan perlakuan bapaknya yang mengurung dia saat bekerja yang kadang tidak memberi makan seharian. Alhamdulillah akhirnya sudah setahun ini tinggal di panti yang bisa merawatnya ini.
Banyak kisah dan hikmah untuk saya dan anak-anak hari ini. Semoga kita semua selalu mensyukuri nikmat yang Allah berikan. Aamiin…
Kanebo? Iya kanebo kalau kata orang sih. Saya kurang paham namanya apa ya. Jadi sebut merk itu deh walau sering yang saya pakai adalah kanebo merk lainnya. Kayak rinso merk daia atau pompa sanyo merk mitsubishi kali ya wkwkwk…
Benda kecil ini praktis dibawa kemana-mana saat saya menginap di luar kota atau juga berenang. Ukurannya juga macem-macem lho… Saya dapet tips ini dari tante yang kebetulan seorang pengurus Pramuka dan sering kemping.
Lantas kenapa ngga pakai handuk aja? Yah kalau menginap di hotel yang berkelas sih pastinya ada handuk yang siap dipakai. Tapi kalau nginapnya di rumah penduduk setempat atau di jalan bagaimana? Harus siap dong dengan “handuk” yang walau basah tidak akan bau apek.
Selain pernah merasakan menginap di rumah penduduk, tempat menginap yang paling berkesan yang saya ingat adalah di kantor polisi hutan di Pulau Komodo dan di mobil di rest area 97 Tol Cipularang yang adem hehe… Kalau bertualang di Kepulauan Seribu Jakarta juga penginapannya ya kebanyakan rumah penduduk.
Nah, kembali ke soal kanebo ini, selain tidak bau apek walau lembap, bentuknya juga sangat ringkas dan maksimal untuk menyerap air sisa mandi di tubuh kita, termasuk saat kita habis keramas. Berkali-kali diperas juga bisa. Ssst…kalau ngajak anak-anak berenang juga saya sering bawa kanebo ini lho…
Nah, begitulah sepenggal kisah tentang manfaat lain dari kanebo ini. Mau mencoba?